• Twitter

19 Juli 2015

PASTI BISA BERMIMPI


            “Mbak pernah naik kapal terbang ngga?” ujarnya saat aku membeli es teh seharga tiga ribu, saat itu aku bersama Gill, teman baikku, sesaat mendengar mbak-mbak penjual es keliling itu kamu saling berpandangan, seolah bertanya apa maksudnya?
            “Kapal terbang?” jawabku dengan bingung
“Iyah, kapal terbang mbak” sembari ia menggerakkan tangannya seperti pesawat yang hendak terbang
“Maksudnya pesawat mbak?” ujar Gill memotong obrolan kami, mbak penjual es itu tersenyum
“Oh, iya pernah mbak” jawabku
“Kemana mbak?”
“Yah kemana aja mbak, ke luar kota pernah, ke luar negeri juga”
“Wah, enak nggak mbak?”
“Ah? hahaha” aku semakin bingung mengobrol dengan mbak penjual es ini, aku memandanginya yang sedang mengaduk gelas terisi es, air, teh dan gula
“Ke Kalimantan pernah gak mbak?” ujarnya lagi
“Ehm, pernah mbak, kenapa yah?”
“Gakpapa mbak, nanya aja kok. Pasti enak yah naik kapal terbang”
“Hehe, ehm, yah biasa aja sih mbak”
“Pasti enak mbak. Kalau di kapal terbang gitu yang diliat apa aja sih mbak? Kita bisa liat apa aja dari atas situ?”
Aku dibuat bingung oleh mbak ini, bukan bingung dengan jawaban apa yang harus kulontarkan, tapi bingung apa alasan orang ini bertanya demikian
“Yah... Hamparan awan mbak, kalau didaratan kita bisa melihat lautan dan hamparan hijaunya sawah, kalau diatas ya litanya lautan awan, hehe” jawabku dengan agak melucu
“Aku gak bisa bayangin mbak”
“Emang kenapa sih mbak nanya gitu?” Tanya Gill dengan nada agak meninggi, dan mbak penjual es itu hanya tertawa sembari memberi pipet pada gelas berisi es teh. Aku dan Gill saling menatap dan bingung.
“Aku pengen banget mbak naik kapal terbang, dari kecil aku nggak pernah ngerasain naik kapal terbang tapi cuma bisa ngeliatin doing, ternyata kapal terbang itu gede, tapi kalau udah diatas kok keliatannya kecil banget yah” jawabnya dengan nada datar dan polos
Aku hanya diam, kaku, tidak bisa berkata-kata lagi, aku menatap orang yang kini didepanku dengan tatapan iba, aku hanya diam saja.
“Hehe, tapi yah gimana yah, orang kayak saya mah nggak bakal bisa naik begituan yah mbak mas yah ujarnya lagi
“Kok gitu mbak? Pasti bisa kok, berdoa terus aja” jawab Gill sesaat setelah melihatku yang hanya diam
“Iya mas, pasti bisa kok, pasti bisa bermimpi... hehehe” jawab mbak itu dengan senyum dan kemudian memberi gelas berisi minuman yang kupesan, dan kemudian Gill membayarnya dengan uang pas. Aku masih saja diam, perasaanku seperti diiris-iris. Entahlah, aku seperti bisa merasakan apa yang ia rasakan. Mbak itu kemudian berlalu meninggalkan kami dengan sepedanya dan melanjutkan pekerjaannya. Semakin ia menjauh tiba-tiba airmataku keluar, kau masih diam saja, kaku, kemudian aku melihat Gill, kami saling berpandangan, aku menangis, dan Gill tersenyum.
“Kasihan ya dia, orang seperti mereka sangat ingin naik pesawat, sedangkan orang kayak kita malah enak-enakan. Seharusnya kita juga bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang” kata Gill. Aku hanya mengangguk dan kami pun melanjutkan perjalanan


Jakarta, 29 April 2015

0 Komentar:

Posting Komentar