• Twitter

9 April 2018

TIDAK ADA GUNANYA MELAKUKAN PEMBELAAN DIRI

Entah mengapa hari ini aku tiba-tiba sedih, bukan, tenang, bukan karena masalah cinta.
Ini adalah kisah, tentang seorang Bella, yang terbawa perasaan, dan akhirnya menganggap dirinya sendiri bodoh!!!
Hari ini, entah hari ke berapa aku menulis plot, dan aku merasa selalu gagal! Ya! Aku mengakui diriku sendiri telah gagal!
Tapi, aku mencoba menyelami hatiku yang terdalam. Bagian diriku yang manakah hingga aku tak mampu melakukan semua ini? Aku seperti bukan Bella. Atau orang lain membuatku menjadi bukan Bella?
Aku menghela nafas, berat, berat sekali menerima kenyataan hari ini.

17 Maret 2018

Tersenyum.

Selamat malam, Merah.
Hari ini aku ingin bercerita, entahlah, hanya denganmu aku ingin berkeluh kesah. Bukan tentangmu, tapi tentang AKU!
Aku hanya sedang merasa bingung pada diriku sendiri, hari ini ada dua hal yang menjadi kegelisahanku malam ini.
pertama, ttg suka panda = pengalihan merah
kedua, menulis stripping, aku harus bagaimana?

19 Februari 2018

HARI PERTAMA STRIPPING

Hari ini, apa aku perlu memberi apresiasi pada diriku sendiri? YA TENTU SAJA!

Beberapa waktu lalu, seorang anak lelaki bertanya padaku, “Ada pencapaian apa yg belum dicapai?” dan refelks aku menjawab, “Kerja stripping, hehe”, karena jujur sejak tahun 2013, pertama kali aku akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan penulisan scenario. Sebut saja namanya Aldi, seorang senior yang membangkitkan semangatku dengan mengatakan, “Udah, kamu skenario aja. Setelah lulus nulis stripping aja, ini aja macbook ku beli dari gajiku dua minggu, eh gak sampe deh, sepuluh hari doang”. Ehm, tanpa pikir panjang entah mengapa aku langsung mengubah haluan yang tadinya ingin menjadi sutradara atau editor, malah aku bertekad “Oke, skenario aja, fix!”. Jujur, ada sedikit beban ketika aku lulus di tahun 2016. Hal pertama yang terlintas di benakku selepas setelah mas Arda mengatakan bahwa aku LULUS di tanggal 26 Februari ketika yudisium. “Be, mau kerja di mana?”,

9 Januari 2018

Aku yang bodoh, Merindukanmu...

Malam yang terlalu dingin ini  menemani kesendirianku yang berteman sepi. Aku yang tak terdefinisi. Aku bahkan bingung pada diriku sendiri, yang terlalu naif, pecundang, dan tak tau diri. Mencoba untuk ingin mengulang segala rasa yang pernah ada. Tapi aku bahkan tidak jujur pada diriku sendiri. Entah aku yang terlalu bodoh, atau aku hanya takut pada realita?
Yaaa, realita yang tak pernah sejalan dengan hati, yang selalu bertolak belakang dengan mimpi. Yaaa, mungkin aku takut pada realita. Dan aku terlalu bahagia akan mimpi.
Memimpikanmu masih menjadi hal paling menyenangkan.
Atau mungkin, aku memang terlalu bodoh. Mengharapkan hal yang mustahil terjadi. Memilih untuk menjadikanmu nyata, bahkan dalam mimpi saja kau tak pernah terasa begitu nyata. Bagaimana mungkin kamu akan benar-benar nyata (?)