• Twitter

17 April 2015

HARI INI...


Hari ini aku mimpi indah. Harusnya hariku juga indah. Tapi ternyata tidak seindah yang kuharapkan. Lalu? Aku pun tidak tahu ada apa dengan kata “Indah” di hari ini~

Hari ini aku menjalani hariku seperti biasanya, pagi hari aku pergi ke kantor. Ngapain? Yah menjadi tukang tulis skenario program tv, yah, aku menjadi seorang tukang, sedih? Iyah. Tapi nyatanya aku tak bisa berbuat apa-apa, aku bahkan tak punya inovasi untuk mengembangkan apa yang bisa aku kembangkan. Siang hari, yah seperti biasa, aku makan nasi, ah kadang aku merasa bodoh ketika makan nasi, lagi-lagi makan nasi. Sore hari aku pulang dari kantor, lalu? Makan lagi, lagi-lagi makan nasi. Malam hari, aku melihat seorang tukang jepit dipinggir jalan, pikiranku berputar, pada ingatan 13 tahun silam, saat usiaku 7 tahun.
“Mamah, aku gak mau digerai, aku mau rambutku dikuncir satu” yah kemudian ibuku menguncir rambutku, aku ingat betul, hari itu hari selasa, itu kenapa aku selalu suka dengan hari selasa. Alasan lain kenapa aku suka selasa, karena ada huruf L yang juga ada dalam namaku. Klasik! Tapi bukankah itu lucu? Aku ingat betul, hari itu aku mengenakan seragam merah putih, aku melihat kaca, rambutku terkuncir seperti kuda, aku merasa cantik. Oh tidak. Aku merasa lucu. Yap!

Hari ini aku mimpi indah. Apa itu? Aku mimpi hari ini aku berada di Jepang, aku melihat salju, tapi aku juga melihat sakura, aku tahu itu mustahil. Tapi, namanya juga mimpi...
Aku rindu merasakan winter, aku rindu memakai sarung tangan, aku rindu memakai syal tebal dan winter coat, ah, aku rindu dengan semua pengalamanku saat di negeri Sakura itu. Aku rindu. Tapi, kerinduanku rupanya tak bisa membawaku kembali ketempat itu bukan? Yah baiklah, kerinduan ini hanya terobati oleh berbagai foto yang hanya bisa kupandangi.

Saat ini pukul 2 pagi, berarti sudah esok hari, bukan lagi “Hari ini”, agar aku bisa mimpi indah lagi harusnya aku tidur, tapi rupanya aku tidak bisa tidur, aku memikirkan sesuatu. Apa? Aku memikirkan seseorang, dia lelaki dewasa yang usianya terpaut enam tahun denganku, uniknya, banyak orang tidak percaya bahwa usianya 26 tahun, yah karena pola pikirnya yang terlalu dewasa. Aku merindukannya, aku rindu berbincang dengannya, aku rindu suaranya, aku rindu mata pandanya, aku rindu senyum dan tawanya. Tapi, untuk apa aku merindukan seseorang yang mungkin tidak pernah merindukanku. Tapi, namanya juga rindu...

Ah sudahlah, sudah pukul 2 pagi, sebaiknya aku tidur. Dalam diam aku bergumam, “Haruskah aku berlari untuk mencari? Bukankah dalam cinta tidak ada subtitusi, yang ada hanya eliminasi? Lalu? Atau aku hanya diam untuk menanti?”,  yah lagi-lagi aku harus percaya bahwa setiap kegembiraan selalu memerlukan korban ^^




Jakarta, 15 April 2015

0 Komentar:

Posting Komentar