• Twitter

23 Januari 2021

KAMULAH CANDUKU, Part 1.

Suatu malam yang dingin, 24 November, dalam perjalananku menemuimu untuk pertama kali setelah sekian lama kita tidak berjumpa, tidak ada rasa apa pun yang kurasakan saat itu. Dalam otakku kamu hanyalah seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, dan aku ingin bertemu sekaligus meminta tolong. Namun rupanya ketika aku sampai di tempat kerjamu. Kamu memperlakukanku dengan tidak biasa.

 

Kesalahan pertama yang kamu lakukan, kamu menatap mataku dengan mata yang meneduhkan.

Kesalahan keduanya adalah suaramu berbicara padaku dengan sangat syahdu. 

Saat itu juga hatiku bergetar. Sama halnya seperti sedang membaca atau mendengar ayat Alquran, yah, setenang itu rasanya…

Dan mungkin tanpa kau sadari, aku menunggumu di atas dengan sangat gusar, aku gelisah, menunggu kehadiranmu yang tak kunjung datang. Bahkan kita sempat bertukar pesan, aku memahami kesibukanmu, akupun menunggumu terus menerus…

 

Dalam perjalananku kembali pulang, aku terus menerus ‘denial’, pikiranku terus berkecamuk “Gak kok, aku gak suka sama dia, Cuma temen, iyaa, temen. Enakan gini kok, temen deket. Yaa, oke, temen.. temen.. temen..”

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Semakin aku berpikir kamu hanyalah teman, semakin hatiku berkata kita tidak hanya sebatas teman. Ternyata benar ya, hati dan pikiran emang selalu bertolak belakang, mereka gak pernah selaras. Aku mengalaminya terus menerus~

 

PS: Cerita ini akan terus berlanjut, dengan judul yang sama, namun dengan part yang berbeda. Diawali dengan tanggal, dan bertempat di Surabaya ^^

Selamat membaca

21 Oktober 2020

Terima kasih PB


Pada suatu hari yang tak terduga, tiba-tiba dia datang. Ya, dia datang lagi setelah beberapa kali gagal. Tapi baru kali ini, aku baru saja merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda. 

Mungkin berawal karena kesalahpahaman “Mau ngobrol”, aku sih menginterpretasikan arti “ngobrol” itu ya bisa aja kan lewat chat, namun tampaknya kamu memikirkan hal yang lain. Aku sontak kaget begitu kau mengatakan “video call”. Baru kali ini aku deket sama orang dan langsung diajak video call-an. Aku serius soal ini, bisa dibilang aku jarang banget video call-an sama cowok. Dan first impressionku padamu adalah “Wow. Cukup berani rupanya dia..” Aku dikagetkan ketika saat obrolan pertama kita terdengar sangat “renyah”. Entah mengapa aku bisa menjadi diri sendiri ketika bersama kamu. Aku gak perlu jaim atau memakai masker untuk menutupi diriku. Aku merasa kali ini aku bisa bebas, yaa, bebas mengekspresikan apa pun, bebas mengungkapkan apa pun dan bebas mengatakan apa pun padamu.

Terima kasih telah kembali. Tapi mungkin lebih tepatnya, terima kasih telah memberiku kesempatan untuk menunjukkan siapa aku sebenarnya. Terima kasih juga telah membuatku senyaman ini. Terima kasih karena mengizinkan aku menjadi bagian darimu kelak. Semoga semua obrolan kita tak hanya sekadar kata.

Tentu aku menantikan setiap moment bersama kita kelak, entah kapan waktu itu akan tiba, semoga dalam waktu dekat ini.. 

Bismillah ^^

12 Oktober 2020

Sayang untuk dilewatkan

Hari yang sangat sayang untuk dilewatkan. Kau tau mengapa? Karena hari ini adalah tanggal 12 Oktober, itu artinya sudah tiga bulan berlalu hari ulang tahunmu yang ke 26 tahun. Entah mengapa, saat tiga bulan lalu aku menyanyikan lagu untukmu, lagu itu masih terdengar menyakitkan, tak jarang air mata ini menetes. Air, aku benar-benar merindukanmu. Amat sangat rindu! Air bisakah kau membantuku menjawab perasaan macam apa yang kurasakan kini? Menyakitkan Air, merindukan sosok yang saat ini belum bisa kugapai, masih banyak tanya yang ingin sekali kuperjelas padamu. Suatu saat nanti, hari itu akan datang kok Air. Hari di mana aku ingin mengungkapkan semuanya kepadamu…

 

10 September 2020

SEKALI SAJA.

Pikiranku semalam benar-benar kacau dan kalut, walau sebenarnya aku tidak tau apa dan mengapa. Tapi benar-benar sangat tidak enak perasaan ini, gelisah! Sampai-sampai aku “Bercerita” sama Allah, dan memohon agar diteguhkan jiwa ini, dikuatkan hati ini...

 

Teruntuk, Air...

Ingatanku tiba-tiba flashback ke 2 bulan lalu, dimana hari itu adalah hari mendekati tanggal ulang tahunmu, aku pernah menulis, “Bagaimana sikap dia besok setelah melihat video ini?” Sebenarnya begini, gelisah itu muncul karena aku tidak tau bagaimana perasaan dia ke aku. Kalau perasaan itu biasa saja, mungkin aku bakal menerima sikap yang kurang baik nantinya, begitu pula sebaliknya.

29 Agustus 2020

UNTUK AIR YANG TAK TERDUGA (part 3)

“Suaramu masih begitu melekat di telingaku sesaat setelah aku pergi menjauh. Aku masih menyangka bahwa semua ini hanyalah mimpi indah, yang saat kuterbangun aku akan menangis karena bahagia. Tapi rupanya ini adalah kenyataan. Yaa, kenyataan, bahwa kita baru saja saling berjabat tangan, saling berpandangan dengan lekat dan saling tersenyum. Terima kasih..”

 

Aku kembali memutar otak, Aku harus ngomong apa nih setelah ini?! Apa yaa?? Hhhmm… Akhirnya aku tersenyum, begitu melihat tempat kost mu yang terlihat tak biasa. “Di sini kost nya mahal ya?” begitu tanyaku. Kamu pun menjawab dengan santainya, “Enggak sih, berapa ya kemarin, 2,3juta.” DEG! Sesaat aku kaget, like?? Whaatt?? 2,3 per bulan kamu bilang gak mahal? Hhhmm, oke baik! Aku pun hanya tersenyum kecut. Kemudian kau pun menjelaskan “Di sini tuh enaknya, tempatnya dibersihin tiap hari”. Trus aku shock dong? Aku tanya lah “Dibersihin gimana? Kayak hotel gitu?”, kau pun hanya mengangguk, kemudian kembali menjelaskan “Iya, trus pakaiannya dicuciin. Trus juga keamanannya terjamin. Tadi mas-mas yang duduk di situ itu stay 24 jam di sini, jaga di sini”. Aku pun mengangguk paham. 

28 Agustus 2020

MIMPI

Tuhan, inikah petunjuk yang selalu kupinta di sepertiga malamku? Inikah pertanda bahwa kelak aku akan dibersamakan dengannya? Tuhan, apapun itu, aku selalu berharap jawabannya adalah “Iya”.

 

Merah, apa kabar? Lama tak bersua. Aku ingin bercerita.. 

Tentang Air, yang kedatangannya selalu tak terduga, terkadang membawa kedamaian, atau bahkan sebaliknya, membawa malapetaka.

Merah, aku merindukannya.. 

Setelah sekian lama aku sudah tak pernah merasakan perasaan semacam ini lagi, rupanya sekarang aku dihadapkan pada masa ini.. Malam yang selalu berteman air mata, aku kembali diingatkan olehnya, sosok yang tak pernah kuharapkan setiap malamnya. Tapi diam-diam aku menyebut namanya, berharap ada namaku dalam ingatan dan hatinya. Rupanya, aku masih menyayanginya..

23 Agustus 2020

UNTUK AIR YANG TAK TERDUGA (part 2)

“Menatap matamu masih menjadi bagian terfavoritku, meneduhkan dan menenangkan. Terima kasih telah hadir, telah memberikan senyum, dan hidup di sekitarku. 

Untuk kali ini, tolong jangan biarkan aku pergi…”

 

Otak dan jantungku sedang bertengkar hebat, mencoba untuk tenang, namun terasa begitu sulit. Akhirnya aku pasrah, membiarkan semua mengalir begitu saja. Hingga akhirnya kumelihatmu keluar dari pagar berwarna hitam itu, mengenakan baju kaos hitam dan celana pendek hitam. Seketika ingatanku kembali ke tiga tahun lalu, saat di mana jantungku berdetak sangat kencang untuk pertama kalinya bertemu denganmu. Dan kali ini, jantungku kembali berdetak kencang, entah karena apa. 7 Agustus 2020, mungkin akan menjadi tanggal yang tak akan pernah kulupakan. Hari pertemuan pertama kita, di Jakarta. 

15 Agustus 2020

UNTUK AIR YANG TAK TERDUGA (part 1)

“Tuhan kucinta dia, kuingin bersamanya, kuingin habiskan nafas ini berdua dengannya. Satukanlah hatiku dengan hatinya, bersama sampai akhir~”

 

Hampir sebulan lamanya. Di setiap doaku, di setiap air mataku, dan di setiap usahaku, selalu kusebutkan namamu, kepada-Nya. Walau begitu banyak orang yang berusaha memberitahuku untuk “Berhenti”, namun entah mengapa, aku tidak sedikit pun goyah. Mungkin karena aku yakin, Dia yang Maha Segalanya akan membantuku. Aku hidup dengan harapan, tapi selama sebulan itu pula lah, harapan itu seolah ingin dimusnahkan olehmu. Iya, oleh Kamu, sosok yang kusebut Air, sosok yang selalu tak terduga, aku bahkan tidak dapat membaca segala situasi yang berhubungan denganmu. Benar-benar dibuat bingung aku olehmu. Tapi, harapan akan selalu menjadi harapan, jika aku hanya diam saja, bukan? Nyatanya, selama ini aku memang benar-benar diam. Karena sejujurnya, aku bingung, bagaimana harus bersikap denganmu. Karena kamu, adalah Air yang tak terduga.

3 Agustus 2020

SEBAB AKU MENCINTAIMU

Skenario. Drama. Konflik. 

Aku baru menyadari mengapa Tuhan membawaku melangkah sejauh ini. 

Mengikuti arus yang bahkan aku tak tau dimana ia akan berhenti.

Seperti burung merpati yang terus mengirimkan surat tak berarti. 

Aku tenggelam dalam drama dan konflik yang kubuat sendiri. 

 

Aku suka saat aku sendiri, sebab aku bisa membacakan semua skenario yang telah aku tulis. 

Aku suka membayangkan dirimu menjadi tokoh protagonist yang melakukan aksi, dan aku menjadi konflik dalam cerita itu.

Aku suka saat mengucapkan dialog kita yang begitu emosional, hingga harus ada yang menangis. 

Aku suka membuat ending yang menenangkan, sebab agar aku bisa tidur nyenyak setelah itu. 


17 Juli 2020

AIR

Mulai detik ini, boleh aku memanggilmu, "Air"?

Tapi jika kau tidak mengizinkannya pun, aku akan tetap memanggilmu Air. hehehe

 

Kenapa air?

Karena aku ingin kisah kita seperti air. Let it flow, seperti air yang mengalir.. Yaa, Ketika kaget menerima kejutan, tolong jangan gunakan ego. Biarkanlah mengalir, layaknya air, ikutilah ke mana arus akan membawamu..