• Twitter

15 Agustus 2020

UNTUK AIR YANG TAK TERDUGA (part 1)

“Tuhan kucinta dia, kuingin bersamanya, kuingin habiskan nafas ini berdua dengannya. Satukanlah hatiku dengan hatinya, bersama sampai akhir~”

 

Hampir sebulan lamanya. Di setiap doaku, di setiap air mataku, dan di setiap usahaku, selalu kusebutkan namamu, kepada-Nya. Walau begitu banyak orang yang berusaha memberitahuku untuk “Berhenti”, namun entah mengapa, aku tidak sedikit pun goyah. Mungkin karena aku yakin, Dia yang Maha Segalanya akan membantuku. Aku hidup dengan harapan, tapi selama sebulan itu pula lah, harapan itu seolah ingin dimusnahkan olehmu. Iya, oleh Kamu, sosok yang kusebut Air, sosok yang selalu tak terduga, aku bahkan tidak dapat membaca segala situasi yang berhubungan denganmu. Benar-benar dibuat bingung aku olehmu. Tapi, harapan akan selalu menjadi harapan, jika aku hanya diam saja, bukan? Nyatanya, selama ini aku memang benar-benar diam. Karena sejujurnya, aku bingung, bagaimana harus bersikap denganmu. Karena kamu, adalah Air yang tak terduga.


Jakarta, 6 Agustus 2020. 

Fi--, Besok aku mau ke daerah jakpus, ketemu yuu. Kalo km sibuk bgt, nti aku aja yg ke rscm, cuma mau ngasi kado.” Entah aku mendapat kekuatan dari mana, tapi memang butuh effort lebih untuk mengungkapkan hal tersebut. Obrolan singkat malam itu berhasil membuat aku seperti orang gila (I mean: senyum-senyum sendiri), hanya satu kata yang tergambar di wajahku saat ini, BAHAGIA. Ya! Se-bahagia itu aku, hanya sebatas bertukar chat denganmu. Melegakan. 

“Kado apa bel?” jawabmu, membuatku tersenyum. 

“Kado ultah” jawabku singkat. 

“Loh kan uda lewat jauh wkwk”, balasmu, walaupun aku tau di sana kamu tak benar-benar tertawa (karena ‘wkwk’ hanya formalitas bagiku), tapi hal itu yang malah membuatku tertawa. 

“aku udh bilang deh mau ngasi kado pas km kesini”, ucapku, berusaha agar ada harapan. Walau sejujurnya, aku takut, kalau-kalau kamu menolak untuk bertemu.

“Oh ya ta wkwk”, “Btw besok tu aku ga ke RSCM, aku ada kuliah online sama diskusi penelitian sama staf soetomo”, jawabmu, selalu membuat aku hancur dalam sekejap. Untungnya itu hanya sesaat, karena aku telah bertekad akan menemuimu besok, maka aku akan lakukan apa pun untuk -setidaknya- bertemu denganmu. 

“Di kosan aja dong berarti?” balasku, selalu berusaha agar ada harapan. 

“Iya dikosan aja” sesingkat itu. Membuatku berpikir, AKU HARUS APA? Masa iya aku ke kosan dia?! Tapi... Gak ada pilihan lain, kan? 

“Yaudah klo gitu aku samperin aja di kosan”, lagi-lagi jawabanku selalu penuh dengan harapan. Atau mungkin terbilang, Agresif?! Arghh! Sudahlah. 

Tapi, jawabanmu sungguh membuatku terkejut. “Boleh”, walau sesingkat itu, tapi itu yang sebenarnya aku harapkan, bahkan aku tak menyangka kalau kamu akan menjawab begitu. Kekagetan yang mengejutkan.

“Keure”, “Besok shareloc aja yes”, jawabku mencoba berusaha sesantai mungkin, padahal sebenarnya hatiku sudah sangat gak karuan, hatiku bergejolak, ingin berteriak, ingin lari. Aku tersenyum, bertanya-tanya, benarkah kamu mengizinkan aku ke kosanmu? Karena aku benar-benar tak menyangka. Itu artinya kamu membiarkan diriku masuk dalam wilayah privacy kamu, dong? Ah sudahlah, sudah cukup bahagianya, semoga tak lekas menjadi tangis! Akhirnya malam itu pun aku tertidur, seperti biasa aku menyebut Namamu dalam setiap doaku, malam itu aku berdoa ‘Semoga besok menjadi pertemuan yang mengesankan, setidaknya bagiku.’


Jakarta, 7 Agustus 2020.

“Nanti sore aku ke RSCM”, “Selesai jam 5 an kayaknya”. Chatmu di pagi hari, membuatku kaget sesaat, dan berpikir, sebenernya kamu itu mau atau gak sih disamperin? Bikin orang bingung deh! 

“Jam 5 udh kelar urusannya?”, balasku hanya untuk memastikan. 

“Kemungkinan besar, tp gatau lg wkwk”, jawabmu kali ini membuatku bingung. Tak tau harus bagaimana, untungnya itu masih pagi hari, sekitar jam 10an. 

“Yaudah kalo gitu nti aku ke rscm”, jawabku di siang hari. Mencoba mengikuti arusmu.

Karena kupikir dia akan selesai jam 5, jadi mungkin aku akan baru bisa bertemu dia malam hari. Tapi ternyata aku salah. 

Tepat pukul 16.31 ada pesan masuk, yang tak kuduga ternyata itu dari dia “Aku uda selesai ini”. 

DEG! Dan aku masih di kampus! Oke baik! Aku salah. Aku tau aku salah. Masih lagi hectic pula sama mahasiswa yang lagi bimbingan. Aku dibuat kacau sesaat.

“Eh loh kok cepet”, “Bentar aku lg sama mhsw”, jawabku mencoba mengulur waktu. 

“Iya barusan selesai”, “Msh lama?” tanyamu. Dan pikiranku kacau sesaat, bingung harus mendahulukan yang mana. Sampe akhirnya aku bertanya kepadamu. 

“Emg ada pilihan klo lama dan engga nya?”, “Harusnya sih gak lama” jawabku, berusaha agar tidak menyakiti pihak manapun. Jujur, walaupun ragaku ada di kampus, tapi pikiranku tertuju kepadamu, seutuhnya! Arghh! Aku dibuat gila olehmu. 

“Aku balik kosan aja dulu, ntar ketemu di kos gmn?

Ntar malem ada diskusi penelitian soalnya sama staf soetomo” balasmu, membuatku diam sesaat. Dalam hatiku Cuma berkata, toh ujung-ujungnya juga ke kosan, hahaha! Jika kemarin aku berdoa semoga hari ini mengesankan, ternyata sebelum pertemuan saja sudah sebegini mengesankannya :) Terima kasih, Air..

“Boleh”, “Fi- sory keknya di kosan aja kali ya? Aku masih 30 menitan lagi”, “20 menitan deh haha” jawabku mencoba setenang mungkin, karena aku juga gak mungkin ninggalin kerjaan di kampus kaann? hahaha

“Oke” jawabnya singkat.

Setelah akhirnya aku menyelesaikan tugasku, tepatnya pukul 17.22 memintamu utk “Shareloc skrg boleh?”

Tak lama kemudian kau pun hanya membalas, “Wait

 

To be Continued...

0 Komentar:

Posting Komentar