• Twitter

17 November 2016

Di takdir manakah kita akan bertemu kembali?

Welcome~
Maaf, melupakan hari dan bulan bahagiamu. Karena...
Cause I know you'll be happy without me~

Hai, merah, apa kabar kamu? Lama tak bersua di blog. Aku rindu juga akhirnya :')
Ya, rindu, lebih tepatnya rindu padamu.
Lelaki yang hingga detik ini masih melekat di hati.
Maaf! Mianhae! Dui bu qi!
Mungkin ini yang disebut cinta sejati. Pergi sejauh apapun aku, Tuhan selalu punya cara untuk mendekatkan kita. Dan sejauh apapun aku berlari untuk melupakanmu, Tuhan selalu ada saja cara untuk mengingatkanku akan dirimu.




Pada hari itu, aku telah berjanji pada kekasihmu, untuk tidak akan mengganggu kalian lagi, dengan satu permintaanku, “Jangan sembarangan lagi mengatakan kata putus, jangan mudah mengucap kata perpisahan, mbak. Jangan!”
Merah, baru kali ini ada seorang wanita yang meminta izin padaku untuk bersama denganmu. Seharian mataku berderai air mata, Merah. Padahal, baru beberapa hari lalu aku jalan denganmu, baru beberapa hari lalu kita bertukar pesan, dan baru beberapa minggu lalu kita berlibur ke pulau :’) Tapi hari itu...
Hari di mana mimpi terbesarku direnggut, hari di mana apa yang menjadi harapanku dihancurkan. Yah, hari itu...

Merah, jika memang benar cinta tak harus memiliki. Ini adalah cintaku, satu dan terakhir. Aku tak ingin, dan tidak akan meyakiti salah satu dari kalian :’
Aku mencintai asa, bukan rasa~
Tapi asa, adalah satu-satunya obat untuk melanjutkan hidup, bukan?

Merah, aku pernah meminta satu hal padamu, kan?
Berbahagialah…
Berjanjilah padaku satu hal itu, Merah, aku tak pernah meminta lebih.
Aku hanya berdoa untuk kebaikanmu, dan dia…

Aku mencintai Langit, yang kini telah tersenyum di Surga-Nya. Karena cinta adalah eliminasi, bukan subtitusi. Dan bagiku, hanya kematian yang mampu mengeliminasi dirimu…
Merah, di takdir manakah kita akan bertemu kembali?


0 Komentar:

Posting Komentar