• Twitter

2 Oktober 2015

Ternyata sesakit ini rasanya....


“Aku pernah dibuat bahagia, kemudian dipatahkan...”
“Aku pernah merasa tidak berjuang sendirian, kemudian ditinggalkan...”
“Aku pernah punya harapan, kemudian dihancurkan...”
“Ternyata sesakit ini rasanya...”
“Ada yang hilang...”
“Hingga waktu pun ikut beranjak pergi”
“Kenapa hanya menghancurkan hati? Tidakkah juga sebaiknya hancurkan raganya~”
“Katanya cinta itu satu, dan untuk selamanya...”
“Katanya cinta itu memberi dan memberi...”
“Katanya cinta itu tak mengenal subtitusi, tapi eliminasi...”
”Ternyata begini rasanya patah hati yang sepatah-patahnya...”
“Sudah tak ada daya untuk mendekat_”


Merah, katanya seorang penulis itu akan produktif ketika sakit hati, kali ini aku harus setuju dengan pernyataan itu. Aku sedang sakit hatinya, Merah...
Merah, sejujurnya, aku benci, sangat amat membencimu merah, bagaimana tidak, kamu adalah masih satu-satunya orang yang membuat aku berdebar jantungnya ketika berada didekatmu. Walaupun sangat jarang kita berjumpa, tapi entah, mengucap namamu saja seperti bergetar.
Kamu adalah masih satu-satunya orang yang kuceritakan kepada kedua orang tuaku
Kamu juga adalah masih satu-satunya orang yang orang tuaku tanyakan kabarnya, padahal tentu aku tidak tau kabarmu, sampai pada akhirnya aku menjawab “Baik-baik aja kok”, dan dalam hati aku pun bergumam Semoga, Aamiin...
Merah, Selamat yah, selamat karena hari ini adalah hari bahagiamu.
Tapi aku tak tau apakah kau akan bahagia? Yang aku takutkan kau mungkin tak bahagia, sebab tak ada kekasihmu disekitarmu, yah, aku menjadi ragu.
Merah, aku ragu untuk melanjutkan rasaku, yah sebab kini aku baru menyadari, sebegini lelahnya berjuang seorang diri, sebigini susahnya harus berperang melawan logika, sebegini susahnya Merah. Bolehkah aku menangis kali ini?
Dan sebegini sakitnya menangis tanpa ada yang menenangkan,  dan ternyata sesakit ini rasanya...
Merah, kukira kamu akan menjadi bagian dalam bahagiaku, tapi entahlah, aku masih merasa kau bagian dalam lukaku, masih, dan entah sampai kapan.
Merah, aku merasa ‘Waktu’ seolah mempermainkan kita, jika memang roda kehidupan ini terus berjalan, harusnya kini aku bisa bersamamu. Tapi, entahlah. Pada akhrinya hanya “WAKTU” yang bisa menjawab...
Saranghae, oppa...

0 Komentar:

Posting Komentar