• Twitter

21 Agustus 2015

Seperti Bintang yang tak akan meninggalkan Langitnya

Hai Langit, lama tak bersua, lama tak menulis tentangmu disini.
Apa kabar dirimu? Apa kabar kekasihmu?
Sejujurnya entah aku ingin menulis apa, aku hanya ingin menyapamu, tapi entah mengapa takut rasanya mengucap kata “Hi” padamu, kau tau aku harus mengumpulkan keberanian selama seminggu paling tidak untuk memulai menyapamu, entahlah.
Langit, aku hanya ingin bercerita, yah bercerita.


Aku pernah mendengar seseorang berkata;
 “Aku sayang kamu, sama kayak bintang yang gak akan ninggalin langitnya”
Langit, aku langsung diam ketika mendengar orang itu berkata demikian, aku melihatnya, tapi aku tak mengenalnya, aku hanya seperti merasakan apa yang ia rasakan, tapi perasaanku tentu tertuju padamu Langitku, tentu hanya kamu.

Langit, aku juga pernah mendengar dua orang berkata seperti ini;
“Kamu boleh minta putus, asalkan balikin semua yang pernah aku kasih ke kamu”
“Oke, kamu mau kubayar berapa?”
“Aku gak sudi uangmu, balikin semua perhatian dan rasa sayangku”
Langit, lagi-lagi aku diam ketika mendengar orang itu berkata demikian, lagi-lagi pikiranku tertuju padamu, entahlah, aku tentu tak memintamu mengembalikan itu Langit, tidak, karena jika diizinkan, aku ingin memberikan itu padamu, aku ingin memberikan segala perhatian dan rasa sayangku hanya untukmu.

Langit, tiga minggu lalu, ada seseorang mendekatiku –seseorang dimasa lalu–, ia mengajakku membuat kisah, ia menawarkan cinta, tapi sejujurnya, aku tak pernah berpikir tentangnya, ia tiba-tiba datang dan mengajak membuat kisah. Bukankah itu hal yang konyol? Tentu aku tak punya rasa apapun kepadanya. Tapi Langit, kau tau aku menjawab apa? “Aku cerita dulu yah sama mama”, keesokan harinya aku bercerita ke mama dan tanteku, lalu kau tau apa jawaban tanteku? “Halah, mau dia ganteng ataupun jelek, tapi selama dia dokter terima aja”, lalu mama “Yaudahlah coba aja dulu, dijalani aja, kan kita gak tau nanti kedepannya gimana” kau tau perasaanku Langit? Jika hatiku dianalogikan seperti sebuah vas, vas itu telah dipukul dengan palu hingga pecah berkeping-keping, bahkan kepingan yang sudah kecil itu masih dipukul lagi hingga terlempar menjadi debu, yah hanya butiran debu yang tak berguna Langit.
Dan baru kali ini aku membuat kisah dengan seseorang yang tidak aku sayangi sedikitpun! Aku pernah berkata padamu, ketika aku dihadapkan pada banyak pilihan, maka pilihan itu seutuhnya aku berikan pada mama, biarkan mama yang memilih, karena aku tak mau lagi membuat pilihan. Dan baru kali ini pilihan mamaku meleset. Tapi hal ini tak bertahan lama, pada akhirnya aku mengikuti apa kata hatiku.

Langit, sampai detik ini aku tak tau apa rencana Tuhan untukku, jika aku bisa berdialog pada-Nya aku pasti bertanya “Tuhan, apakah kelak aku akan dibersamakan dengan Langitku?”, tapi sayangnya aku tak bisa bertanya demikian, aku hanya bisa berkata “Tuhan, aku mohon dengan sangat, kelak bersamakan aku dengan Langit, aku sayang dia, sama seperti Bintang yang tak akan meninggalkan Langitnya”


1 Komentar:

NasihatBijak mengatakan...

Mungkin memang debu lah yang sanggup diterbangkan angin hingga ke langit, bukan sebuah vas.

Posting Komentar