• Twitter

26 Januari 2014

Kemudian aku bertanya~

Hai bumiku, sebentar lagi kita akan kembali kepada kota kita masing-masing,
Kota yang membawa kita bertemu namun akhirnya mereka pun menarik kita,
Kota yang sama-sama kita banggakan ke-ada-annya

Bumiku, apakah begitu jalan kita? Malam yang sepi pun menjadi semakin sepi~
Apakah itu pertanda bahwa kita sama2 sedang kesepian? Atau hanya kamu? Atau hanya aku? Katamu hujan ini pertanda baik, tapi dinginnya tidak bagiku, aku merasa semakin tidak baik~ Seperti sunyi, yang kudengar hanya angin. Suaraku bahkan tak terdengar, atau mungkin tak terucap?
Bumi, kau tau betapa yang kurasa begitu mendalam, begitu memiliki arti yang kutak tau apa kau akan mengerti? Atau aku yang hanya bisa menyimpannya seorang diri?

Bumiku, sesingkat itukah ucapan kita? Hujan turun semakin deras di depanku, dingin~
Bumi, kau tau betapa harapanku begitu besar, namun kutak tau apa kau mengharapkan hal serupa? Atau jika tidak, lalu apakah hanya aku yang memperjuangkan?


Bumiku, mungkin ini salahku karena selama ini membiasakan diri bertemu denganmu, sampai ketika aku tak bertemu kau aku lupa bagaimana rasanya sebuah pertemuan?
Bumiku, tapi ketika aku melihatmu, baik ataupun buruk sikapmu, aku selalu berkata, “Hari ini hari yang indah, terima kasih, Tuhan”

Bumiku, benarkah kau akan kembali ke kotamu?
Lalu ketika kau kembali lagi ditempat pertemuan kita, saat itu akulah yang kembali ke kotaku
Dan kemudian aku bertanya, bagaimana kita ketika sudah tak lagi saling bertemu dan sekadar mengucap kata 'hay'?

Bumiku, siang tadi aku melihat dua buah tiket tertanggal 10 Juli 2013 perjalanan ke Surabaya, itu artinya enam bulan lalu, “kita” melakukan perjalanan bersama ke kotaku. Aku tersenyum, tapi dalam hati aku hanya berkata “dulu~
Bumiku, kemudian aku bertanya, bagaimana kita ketika sudah tak lagi saling bertemu dan sekadar mengucap kata 'hay'?

Bumiku, ada sebuah surat yang kutulis untukmu, namun tanggapanmu begitu memilukan, tapi aku tak bermaksud apa-apa, hanya sebuah tulisan, tulisan yang kuingin bagi denganmu, hanya denganmu. Sebab kau pernah berkata, kau mengizinkanku untuk menulis dan menulis, dan katamu kau akan membacanya. Maka aku pun menulis...

Bumiku, aku merindukanmu~
Tentu bukan soal pertemuan, bukan soal ucapan.
Yah bukan soal raga, tapi jiwa serta hatimu, sayang...
Dan kemudian aku bertanya, apakah kau merasakan hal serupa?

0 Komentar:

Posting Komentar