• Twitter

6 Maret 2013

A wild pearl


Hati itu liar, dia akan terus berkelana kalo gak dijinakkin..
Dia gak bisa semata-mata dirantai, tapi memang butuh dijinakkan..
Jujur, setiap kali putus, beberapa hari mungkin, aku mungkin udah suka sama orang lain, tapi di sana, aku gak ngeharapin disukai balik..
Aku cuma butuh orang yang bisa jadi semacam labuhan.
“Kamu akan tau itu rumah, jika kamu ngerasa butuh ketika meninggalkannya”
Yah, aku menemukan rumah, tapi aku gak yakin ada pintuku buat masuk. Tapi seenggaknya ada labuhan lagi buat si hati.
Dan aku ga berharap lebih, jika ada pintu masuk atau semacamnya.
Maka aku hanya bisa berpesan, buat ngejagain si rumah, meskipun dari luar.


Beberapa hari lalu, aku hanya sedang menjalani hari-hari sebagai perempuan biasa, yang tidak memiliki hati dan hatinya pun tak dimiliki siapa pun, seorang diri, mencoba mencari kapal sebanyak-banyaknya, tapi tak mencari labuhan. Siapa yang tahu, bahkan aku sendiri tak tau dimana labuhanku akan berhenti, mungkinkah aku akan menemukannya nanti saat aku benar-benar tau dunia luar yang liar? Atau mungkin bahkan  seseorang dimasa laluku yang kelam? Yah tak ada yang tau…
Dan beberapa hari lalu, aku sedang mencoba menutupi lukaku yang sejujurnya tak pernah sedikit pun terobati, aku hanya ingin seolah menutup-nutupi, aku hanya ingin seolah tegar, aku juga hanya ingin disebut tak lemah ketika bertemu dia. Siapa yang tahan ketika melihat seseorang yang pernah ada di hati kita dipertemukan kembali? Sebahagia apa rasanya? Atau bahkan sesedih apa rasanya? Atau mungkin biasa saja?
Dan beberapa hari lalu, aku dipertemukan kembali dengan orang itu, tiga detik dia berjalan kearahku tak sedikitpun mataku berpaling, yah hanya tiga detik yang seolah mewakili perasaanku tiga tahun ini. Dalam diam, “Hai And? Apa kabarmu? Kenapa kau datang kalau pada akhirnya akan pergi?” tapi untungnya aku masih bisa menahan diri untuk tak menangis dari luar di depannya…
Dan beberapa hari lalu, lagi-lagi aku dipertemukan kembali dengan orang itu,yang sebelumnya aku menghabiskan waktu 36 menit untuk menangis dan membuat mataku menjadi tak normal, yah 36 menit itu seolah mewakili 36 bulan kerinduanku padanya. Dan saat aku benar-benar bertemu dia lagi, aku melihat ada sebuah senyum disana, senyum konyol yang diam-diam selalu ingin aku lihat. Kekonyolannya membuatku berpikir konyol, bagaimana mungkin aku rela jika harus terbaring di rumah sakit untuk bisa melihat dia? Bagaimana mungkin aku rela mendengar kabar buruk sekalipun juga hanya untuk bisa melihat dia? Nyatanya 36 bulan itu, dalam diam hanya aku yang menyimpan semua rahasia hatiku padanya, saat bunga tidur membangunkanku karena nyatanya tak ada dia didepanku, saat sebuah ruangan membuyarkan lamunanku karena selalu tak ada dia dihadapanku, saat sebuah kejadian dejavu tapi tak ada dia dibelakangku, dan saat aku berjalan sendiri padahal dulu dia disampingku. Yah, semua seolah hanya mimpi besar yang sangat amat susah tuk kuraih, karena dia takkan lagi nyata di dekatku, hanya bayangan yang bahkan tak dapat aku lihat…
Dan ini kenyataan, saat beberapa hari lalu aku mendengar sebuah argument yang menusuk relung hati ini. Bukan kabar buruk, bahkan sebaliknya. Ini mungkin kebahagiaan yang tak ternilai harganya, saat aku merasa ini benar-benar diluar dugaan, ini seolah tanpa logika.
Hanya satu yang kuingat dari ucapannya, One condition, you’re still a wild pearl in the world, not the other’s…

0 Komentar:

Posting Komentar