Hai
Bunga...
Hai
bunga di taman yang indah...
Hai
bunga yang indah di taman...
Seperti
bintang-bintang di langit, aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan.
***
Sepenggal puisi yang kuterima
darinya, yah, sosok yang kusayangi, tapi kita terperangkap dalam cinta
segitiga. Kusebut lelaki itu PELANGI. Tapi, pelangi ini bukanlah sebuah efek
dari hujan yang warnanya mejikuhibiniu. Bukan. Jadi ceritanya aku mendapat
jajanan arum manis darinya, yah seperti yang kita tahu arum manis itu warnanya
beragam layaknya pelangi. Sejak hari itu, kami saling dekat, dekat yang semakin
intim, bukan lagi hanya jalan berdampingan, kita sudah melakukan banyak hal.
Hingga suatu ketika, aku ingat, sangat mengingat moment itu, 18 Maret, kita
duduk dalam satu meja yang sama, kau duduk disampingku, menatap mataku dengan
senyummu yang khas, kau berkata, “Sebagai lelaki yang normal, hingga sejauh ini
kita melangkah, apa yang telah kita lewati bersama, dan yang telah kita lakukan
berdua. Tentu. Tentu aku menyayangimu...” Aku sontak terdiam. Kita sama-sama berbicara
dengan mata dari hati ke hati, melalui ucapan dengan sentuhan tangan yang
lembut. Yah, kita menikmati malam itu. Kita tau, kalau kita saling menyayangi,
tapi kita juga tau apa resikonya jika kita terus saling menyayangi. Mungkin
sakit? Atau bisa jadi “mati”!
Hari ini aku diingatkan
olehnya, pelangiku. Aku merindukanmu. Kelak aku berharap kita bisa berada dalam
moment dimana kita bisa menumpahkan keluh kesah yang ada, kita bisa saling
meluapkan gelora api cinta dan rindu yang mengendap di hati. Pelangi, sama halnya puisimu, seperti
bintang-bintang di langit, aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan. Pelangi,
aku masih disini, menunggu dirimu menampakkan wajah tampanmu dan mengajakku
kembali untuk berkeliling, yah, mengelilingi dunia, dunia kita berdua...
Pelangiku, entah mengapa aku
bahagia, aku bahagia mendengarmu memanggilku “Bunga”. Bunga? Entah mengapa kau
memanggilku Bunga, tapi yasudahlah aku senang kau memanggilku Bunga. Kau satu,
dan satu-satunya yang memanggilku Bunga...
Pelangiku, berapa lama kita
akan saling dekat begini? Aku berharap kita bisa saling dekat saat kita masih
dalam satu wilayah yang sama, aku berharap kita masih saling bersama saat jarak
mulai memisahkan kita. Pelangi, entah seberapa besar rasa sayang ini, aku tak
bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
Pelangiku... Aku masih,
menyayangimu...
Jakarta, 1 April 2015
0 Komentar:
Posting Komentar