Suatu malam yang dingin, 24 November, dalam perjalananku menemuimu untuk pertama kali setelah sekian lama kita tidak berjumpa, tidak ada rasa apa pun yang kurasakan saat itu. Dalam otakku kamu hanyalah seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, dan aku ingin bertemu sekaligus meminta tolong. Namun rupanya ketika aku sampai di tempat kerjamu. Kamu memperlakukanku dengan tidak biasa.
Kesalahan pertama yang kamu lakukan, kamu menatap mataku dengan mata yang meneduhkan.
Kesalahan keduanya adalah suaramu berbicara padaku dengan sangat syahdu.
Saat itu juga hatiku bergetar. Sama halnya seperti sedang membaca atau mendengar ayat Alquran, yah, setenang itu rasanya…
Dan mungkin tanpa kau sadari, aku menunggumu di atas dengan sangat gusar, aku gelisah, menunggu kehadiranmu yang tak kunjung datang. Bahkan kita sempat bertukar pesan, aku memahami kesibukanmu, akupun menunggumu terus menerus…
Dalam perjalananku kembali pulang, aku terus menerus ‘denial’, pikiranku terus berkecamuk “Gak kok, aku gak suka sama dia, Cuma temen, iyaa, temen. Enakan gini kok, temen deket. Yaa, oke, temen.. temen.. temen..”
Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Semakin aku berpikir kamu hanyalah teman, semakin hatiku berkata kita tidak hanya sebatas teman. Ternyata benar ya, hati dan pikiran emang selalu bertolak belakang, mereka gak pernah selaras. Aku mengalaminya terus menerus~
PS: Cerita ini akan terus berlanjut, dengan judul yang sama, namun dengan part yang berbeda. Diawali dengan tanggal, dan bertempat di Surabaya ^^
Selamat membaca