“Suaramu masih begitu melekat di telingaku sesaat setelah aku pergi menjauh. Aku masih menyangka bahwa semua ini hanyalah mimpi indah, yang saat kuterbangun aku akan menangis karena bahagia. Tapi rupanya ini adalah kenyataan. Yaa, kenyataan, bahwa kita baru saja saling berjabat tangan, saling berpandangan dengan lekat dan saling tersenyum. Terima kasih..”
Aku kembali memutar otak, Aku harus ngomong apa nih setelah ini?! Apa yaa?? Hhhmm… Akhirnya aku tersenyum, begitu melihat tempat kost mu yang terlihat tak biasa. “Di sini kost nya mahal ya?” begitu tanyaku. Kamu pun menjawab dengan santainya, “Enggak sih, berapa ya kemarin, 2,3juta.” DEG! Sesaat aku kaget, like?? Whaatt?? 2,3 per bulan kamu bilang gak mahal? Hhhmm, oke baik! Aku pun hanya tersenyum kecut. Kemudian kau pun menjelaskan “Di sini tuh enaknya, tempatnya dibersihin tiap hari”. Trus aku shock dong? Aku tanya lah “Dibersihin gimana? Kayak hotel gitu?”, kau pun hanya mengangguk, kemudian kembali menjelaskan “Iya, trus pakaiannya dicuciin. Trus juga keamanannya terjamin. Tadi mas-mas yang duduk di situ itu stay 24 jam di sini, jaga di sini”. Aku pun mengangguk paham.