“Aku pernah dibuat bahagia, kemudian dipatahkan...”
“Aku pernah merasa tidak berjuang sendirian, kemudian
ditinggalkan...”
“Aku pernah punya harapan, kemudian dihancurkan...”
“Ternyata sesakit ini rasanya...”
“Ada yang hilang...”
“Hingga waktu pun ikut beranjak pergi”
“Kenapa hanya menghancurkan hati? Tidakkah juga
sebaiknya hancurkan raganya~”
“Katanya cinta itu satu, dan untuk selamanya...”
“Katanya cinta itu memberi dan memberi...”
“Katanya cinta itu tak mengenal subtitusi, tapi
eliminasi...”
”Ternyata begini rasanya patah hati yang
sepatah-patahnya...”
“Sudah tak ada daya untuk mendekat_”
Merah, katanya seorang penulis itu akan produktif
ketika sakit hati, kali ini aku harus setuju dengan pernyataan itu. Aku sedang
sakit hatinya, Merah...
Merah, sejujurnya, aku benci, sangat amat membencimu
merah, bagaimana tidak, kamu adalah masih satu-satunya orang yang membuat aku
berdebar jantungnya ketika berada didekatmu. Walaupun sangat jarang kita
berjumpa, tapi entah, mengucap namamu saja seperti bergetar.
Kamu adalah masih satu-satunya orang yang kuceritakan
kepada kedua orang tuaku
Kamu juga adalah masih satu-satunya orang yang orang
tuaku tanyakan kabarnya, padahal tentu aku tidak tau kabarmu, sampai pada
akhirnya aku menjawab “Baik-baik aja kok”, dan dalam hati aku pun bergumam Semoga, Aamiin...
Merah, Selamat yah, selamat karena hari ini adalah hari
bahagiamu.
Tapi aku tak tau apakah kau akan bahagia? Yang aku
takutkan kau mungkin tak bahagia, sebab tak ada kekasihmu disekitarmu, yah, aku
menjadi ragu.
Merah, aku ragu untuk melanjutkan rasaku, yah sebab
kini aku baru menyadari, sebegini lelahnya berjuang seorang diri, sebigini
susahnya harus berperang melawan logika, sebegini susahnya Merah. Bolehkah aku
menangis kali ini?
Dan sebegini sakitnya menangis tanpa ada yang
menenangkan, dan ternyata sesakit ini
rasanya...
Merah, kukira kamu akan menjadi bagian dalam
bahagiaku, tapi entahlah, aku masih merasa kau bagian dalam lukaku, masih, dan
entah sampai kapan.
Merah, aku merasa ‘Waktu’ seolah mempermainkan kita,
jika memang roda kehidupan ini terus berjalan, harusnya kini aku bisa
bersamamu. Tapi, entahlah. Pada akhrinya hanya “WAKTU” yang bisa menjawab...
Saranghae, oppa...
0 Komentar:
Posting Komentar