Hai Langit, lama tak bersua, lama tak menulis
tentangmu disini.
Apa kabar dirimu? Apa kabar kekasihmu?
Sejujurnya entah aku ingin menulis apa, aku
hanya ingin menyapamu, tapi entah mengapa takut rasanya mengucap kata “Hi”
padamu, kau tau aku harus mengumpulkan keberanian selama seminggu paling tidak
untuk memulai menyapamu, entahlah.
Langit, aku hanya ingin bercerita, yah
bercerita.
Aku pernah mendengar seseorang berkata;
“Aku
sayang kamu, sama kayak bintang yang gak akan ninggalin langitnya”
Langit, aku langsung diam ketika mendengar orang
itu berkata demikian, aku melihatnya, tapi aku tak mengenalnya, aku hanya
seperti merasakan apa yang ia rasakan, tapi perasaanku tentu tertuju padamu
Langitku, tentu hanya kamu.
Langit, aku juga pernah mendengar dua orang
berkata seperti ini;
“Kamu boleh minta putus, asalkan balikin semua
yang pernah aku kasih ke kamu”
“Oke, kamu mau kubayar berapa?”
“Aku gak sudi uangmu, balikin semua perhatian
dan rasa sayangku”
Langit, lagi-lagi aku diam ketika mendengar
orang itu berkata demikian, lagi-lagi pikiranku tertuju padamu, entahlah, aku
tentu tak memintamu mengembalikan itu Langit, tidak, karena jika diizinkan, aku
ingin memberikan itu padamu, aku ingin memberikan segala perhatian dan rasa
sayangku hanya untukmu.
Langit, tiga minggu lalu, ada seseorang
mendekatiku –seseorang dimasa lalu–, ia mengajakku membuat kisah, ia menawarkan
cinta, tapi sejujurnya, aku tak pernah berpikir tentangnya, ia tiba-tiba datang
dan mengajak membuat kisah. Bukankah itu hal yang konyol? Tentu aku tak punya
rasa apapun kepadanya. Tapi Langit, kau tau aku menjawab apa? “Aku cerita dulu
yah sama mama”, keesokan harinya aku bercerita ke mama dan tanteku, lalu kau
tau apa jawaban tanteku? “Halah, mau dia ganteng ataupun jelek, tapi selama dia
dokter terima aja”, lalu mama “Yaudahlah coba aja dulu, dijalani aja, kan kita
gak tau nanti kedepannya gimana” kau tau perasaanku Langit? Jika hatiku dianalogikan seperti sebuah
vas, vas itu telah dipukul dengan palu hingga pecah berkeping-keping, bahkan
kepingan yang sudah kecil itu masih dipukul lagi hingga terlempar menjadi debu,
yah hanya butiran debu yang tak berguna Langit.
Dan
baru kali ini aku membuat kisah dengan seseorang yang tidak aku sayangi sedikitpun!
Aku pernah berkata padamu, ketika aku dihadapkan pada banyak pilihan, maka
pilihan itu seutuhnya aku berikan pada mama, biarkan mama yang memilih, karena
aku tak mau lagi membuat pilihan. Dan baru kali ini pilihan mamaku meleset.
Tapi hal ini tak bertahan lama, pada akhirnya aku mengikuti apa kata hatiku.
Langit,
sampai detik ini aku tak tau apa rencana Tuhan untukku, jika aku bisa berdialog
pada-Nya aku pasti bertanya “Tuhan, apakah kelak aku akan dibersamakan dengan
Langitku?”, tapi sayangnya aku tak bisa bertanya demikian, aku hanya bisa
berkata “Tuhan, aku mohon dengan sangat, kelak bersamakan aku dengan Langit,
aku sayang dia, sama seperti Bintang yang tak akan meninggalkan Langitnya”
1 Komentar:
Mungkin memang debu lah yang sanggup diterbangkan angin hingga ke langit, bukan sebuah vas.
Posting Komentar