Hai bumiku, sebentar lagi kita
akan kembali kepada kota kita masing-masing,
Kota yang membawa kita bertemu
namun akhirnya mereka pun menarik kita,
Kota yang sama-sama kita
banggakan ke-ada-annya
Bumiku, apakah begitu jalan
kita? Malam yang sepi pun menjadi semakin sepi~
Apakah itu pertanda bahwa
kita sama2 sedang kesepian? Atau hanya kamu? Atau hanya aku? Katamu hujan ini pertanda baik, tapi
dinginnya tidak bagiku, aku merasa semakin tidak baik~ Seperti sunyi, yang kudengar hanya
angin. Suaraku bahkan tak terdengar, atau mungkin tak terucap?
Bumi, kau tau betapa yang kurasa
begitu mendalam, begitu memiliki arti yang kutak tau apa kau akan mengerti?
Atau aku yang hanya bisa menyimpannya seorang diri?
Bumiku, sesingkat itukah
ucapan kita? Hujan turun semakin deras di depanku, dingin~
Bumi, kau tau betapa harapanku
begitu besar, namun kutak tau apa kau mengharapkan hal serupa? Atau jika tidak,
lalu apakah hanya aku yang memperjuangkan?
Bumiku, mungkin ini salahku
karena selama ini membiasakan diri bertemu denganmu, sampai ketika aku tak
bertemu kau aku lupa bagaimana rasanya sebuah pertemuan?
Bumiku, tapi ketika aku melihatmu,
baik ataupun buruk sikapmu, aku selalu berkata, “Hari ini hari yang indah,
terima kasih, Tuhan”
Bumiku, benarkah kau akan kembali
ke kotamu?
Lalu ketika kau kembali lagi
ditempat pertemuan kita, saat itu akulah yang kembali ke kotaku
Dan
kemudian aku bertanya,
bagaimana kita ketika sudah tak lagi saling bertemu dan sekadar mengucap kata
'hay'?
Bumiku, siang tadi aku melihat dua
buah tiket tertanggal 10 Juli 2013 perjalanan ke Surabaya, itu artinya enam bulan
lalu, “kita” melakukan perjalanan bersama ke kotaku. Aku tersenyum, tapi dalam
hati aku hanya berkata “dulu~”
Bumiku, kemudian aku bertanya, bagaimana kita ketika sudah tak lagi
saling bertemu dan sekadar mengucap kata 'hay'?
Bumiku, ada sebuah surat yang
kutulis untukmu, namun tanggapanmu begitu memilukan, tapi aku tak bermaksud
apa-apa, hanya sebuah tulisan, tulisan yang kuingin bagi denganmu, hanya
denganmu. Sebab kau pernah berkata, kau mengizinkanku untuk menulis dan
menulis, dan katamu kau akan membacanya. Maka aku pun menulis...
Bumiku, aku merindukanmu~
Tentu bukan soal pertemuan, bukan
soal ucapan.
Yah bukan soal raga, tapi jiwa
serta hatimu, sayang...
Dan kemudian aku bertanya, apakah
kau merasakan hal serupa?
0 Komentar:
Posting Komentar