Hai, merah.
Aku pernah izin padamu, aku pamit J ehm tidak, tidak mengatakannya secara langsung padamu, hanya melalui
sedikit rangkaian kata pada sosial mediaku.
Maaf, aku bukan pergi tanpa alasan, begitu
banyak pertimbangan yang bergejolak dalam hati ini, Langitku. Banyak, begitu
banyak.
Aku sempat bersorak bahagia saat
mendengarmu akan ke kotaku. Kukira ini benar-benar skenario Tuhan yang begitu
indah, hingga Tuhan mengirimmu ke sini. Mungkin untuk merajut kembali kisah
yang belum terselesaikan. Tapi, ternyata aku salah. Tuhan punya rencana lain. Kudengar,
kekasihmu, mungkin lebih tepatnya mantan kekasihmu, berada pada satu kota
denganmu? Aku senang mendengarnya, tapi sejujurnya, ada sedikit rasa ngilu.
Aku tak tau harus merespon apa, ketika
suatu siang aku mendapat pesan darinya, ragu, antara ya atau tidak untuk
membalas. Tapi, siapalah aku yang sok sombong tidak ingin membalas? Akhirnya aku
membalasnya, walau ada sedikit rasa takut.